Sunday, August 17, 2025

Transparansi Proyek Jalan Tani di Lamongan Dipertanyakan, Ada Dugaan Korupsi Mencuat

  


Lamongan, Imparsial News 17 Agustus 2025 – Proyek jalan usaha tani di Dusun Randekan, Desa Soko, Kecamatan Tikung, Kabupaten Lamongan, kini menjadi perbincangan hangat. Proyek senilai Rp139.854.000 yang digadang-gadang untuk menunjang kesejahteraan petani ini justru menimbulkan dugaan penyelewengan dana dan pengerjaan yang tidak sesuai standar.

Dugaan ini mencuat setelah awak media, termasuk RadarCNN, mencoba mengonfirmasi pihak yang bertanggung jawab. Namun, jawaban yang didapatkan justru menimbulkan pertanyaan baru.

Ketua Kelompok Tani (Poktan) Sumber Urip, T, yang namanya tercantum sebagai penanggung jawab proyek, memberikan keterangan yang berbelit-belit. Saat ditanya soal peranannya, ia mengaku hanya sebatas mengawasi dan ikut bekerja di lapangan.

"Saya hanya mengawasi, Mas, dan bekerja tanpa mengetahui detail proyek tersebut," ujar T, yang memicu kecurigaan terkait transparansi dan akuntabilitas proyek.

Lebih lanjut, saat ditanya mengenai prosedur pengajuan proposal, T menjelaskan bahwa proposal tersebut dibuat oleh dinas pertanian. Ia mengakui telah menandatangani proposal tersebut, tetapi tanpa mengetahui isi dan detailnya.

"Yang membuat proposal dari dinas pertanian, Mas, dan pastinya juga ada tanda tangan ketua Poktan," jelasnya. Ketika didesak soal pengetahuannya atas isi proposal, ia hanya menjawab, "Biasanya seperti itu, Mas."

Ketidakjelasan ini semakin menguatkan dugaan adanya kasus korupsi. Tidak adanya transparansi dalam mekanisme pengerjaan, ditambah nilai proyek yang tidak kecil, menunjukkan adanya kejanggalan dalam pengelolaan dana publik. Publik mendesak pihak terkait untuk segera memberikan penjelasan demi terciptanya pemerintahan yang bersih.(Red/Team)

Tumpeng dan Tahlil: Warga Trosono Jaga Tradisi untuk Maknai 80 Tahun Kemerdekaan

 


Lamongan, Imparsial News 17 Agustus 2025 – Semangat kemerdekaan terasa hingga ke pelosok desa. Di Desa Trosono, Kecamatan Sekaran, warga RT 01 RW 01 merayakan Hari Ulang Tahun ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia dengan menggelar acara tasyakuran dan tumpengan yang khidmat pada Sabtu malam (16/8).

Acara yang berlangsung penuh makna ini dibuka dengan pembacaan istighosah dan tahlil, dipimpin oleh tokoh masyarakat setempat, Bapak Selamet. Kegiatan spiritual ini menjadi wujud rasa syukur kolektif atas nikmat kemerdekaan yang telah diperjuangkan oleh para pahlawan bangsa.


Dalam kesempatan ini, Kepala Desa Trosono, Bapak Sutrisno, turut hadir dan memberikan sambutan. Beliau mengajak seluruh warga untuk tidak hanya merayakan, tetapi juga memaknai kemerdekaan dengan terus berjuang.

"Kemerdekaan ini adalah hasil dari perjuangan panjang para pahlawan. Sudah menjadi kewajiban kita untuk mengisi kemerdekaan dengan hal-hal positif demi kemajuan desa dan bangsa," tegas Bapak Sutrisno, menekankan pentingnya kontribusi nyata dari setiap individu.

Antusiasme warga terlihat jelas sepanjang acara, yang mencerminkan kuatnya semangat kebersamaan dan nasionalisme di tengah masyarakat. Sebagai puncaknya, acara ditutup dengan pemotongan tumpeng sebagai simbol rasa syukur atas 80 tahun Indonesia merdeka.

Kegiatan ini tidak hanya menjadi perayaan, tetapi juga menjadi sarana untuk mempererat tali silaturahmi dan menumbuhkan semangat cinta tanah air di kalangan masyarakat Desa Trosono.(Red/demit)

Kirab Merah Putih PNIB di Nganjuk, Saatnya Merdeka dari Penjajahan Kaum Intoleran Khilafah Terorisme



Nganjuk, 17 Agustus 2025 imparsialnews

Bertepatan peringatan Proklamasi kemerdekaan RI 17 Agustus 2025, kota Nganjuk Jawa Timur berhias kain merah lutih sepanjang 250 meter dan lebar 3 meter. Kurang lebih 300 orang mengarak merah putih dalam acara kirab ormas kebangsaan Pejuang Nusantara Indonesia Bersatu (PNIB).


Di halaman Stadion Anjuk Ladang, Nganjuk kirab dilaksanakan menuju Pendopo Kabupaten Nganjuk dan Finish di depan masjid agung Nganjuk, denganJarak lebih kurang 3,5 kilometer dilalui masa yang berjalan khidmad sambil menyanyikan lagu-lagu nasional dan kebangsaan. 


"Kirab merah putih di kota Nganjuk kali ini bertepatan dengan peringatan hati kemerdekaan 17 Agustus. Kami mengangkat tema kirab : 80 tahun Indonesia Merdeka, sudah saatnya merdeka juga dari penjajahan paham asing, kaum intoleransi, radikalisne, gerakan separatis, Wahabi, Khilafah dan Terorisme" jelas Ketua Umum PNIB AR Waluyo Wasis Nugroho atau yang akrab disapa Gus Wal kepada awak media yang menemuinya seusai kirab.



Kota Nganjuk yang harmonis menyikapi perbedaan dan kondusif pada pengaruh asing dipilih PNIB sebagai lokasi kirab. Sebelumnya PNIB menyelenggarakan acara yang sama di Kota Bekasi.


"Kirab merah putih bagi PNIB menjadi tradisi budaya perjuangan yang elegan. Baik dalam laku maupun perbuatan tidak sekedar berteriak cinta tanah air dan bangsa di medsos. Kami melakukan kirab merah putih bersama Pagar Nusa Nganjuk Bersatu, BEM PTNU Nganjuk sebagai penghormatan besar pada para pendiri bangsa yang telah mempertahankam merah putih dengan bertaruh nyawa" imbuh Gus Wal.


Acara kirab minggu pagi tersebut mendapat apresiasi dari masyarakat yang berada di lokasi dan melihat iring-iringan penuh hikmat.


Kemerdekaan yang kita nikmati ini hanya dapat dimiliki oleh bangsa yang jiwanya berkobar-kobar dengan tekad merdeka atau mati. Kemerdekaan melawan penjajah memang telah usai, tapi perjuangan melawan kemiskinan, kebodohan dan ketidakadilan masih terus berlanjut. Terbebas dari Intoleransi, Khilafah, terorisme, korupsi, narkoba dan radikalisme adalah hak yang harus diperjuangkan. Jangan pernah kalah dengan provokasi kelompok sarabpatigenah. Nganjuk sepakat melawan intoleransi, Khilafah radikalisme Terorisme, narkoba dan Korupsi tanpa batas waktu, menolak pemutarbalikan fakta sejarah dan paham impor yang bertentangan dengan tradisi dan jatidiri bangsa Indonesia, Jadikan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus sebagai dasar negara, pilar kebangsaan dan jatidiri bangsa yang terpatri didalam hati seluruh rakyat Indonesia" kata Gus Wal di akhir pernyataannya


(Red/ahwan)

Terungkap! Dua Pelaku Pembunuhan Sadis di Blitar Ditangkap di Malang, Motif Cekcok Pesta Miras

 


BLITAR Imparsial News — Sebuah pesta minuman keras yang seharusnya menjadi ajang kebersamaan berakhir tragis di Kelurahan Karangsari, Kecamatan Sukorejo, Kota Blitar. Misteri di balik tewasnya DN (35) akhirnya terungkap setelah Satuan Reserse Kriminal Polres Blitar Kota berhasil meringkus dua pelaku pembunuhan sadis. Keduanya, MH dan MS, dibekuk di Kabupaten Malang, hanya beberapa jam setelah jasad korban ditemukan.

Kapolres Blitar Kota, AKBP Titus Yudho Ully, mengungkapkan dalam konferensi pers pada Sabtu (16/8/2025) bahwa penangkapan dilakukan dengan cepat berkat kerja keras timnya. 

Setelah melakukan serangkaian penyelidikan, kami berhasil mengidentifikasi dan menangkap dua terduga pelaku di Malang pada Jumat dini hari,” jelas AKBP Yudho.

Kasus ini bermula saat warga Jalan Kerantil dikejutkan oleh penemuan mayat DN di dalam rumahnya pada Jumat sore. Korban ditemukan dalam kondisi mengenaskan, tergeletak bersimbah darah, dengan luka parah di bagian kepala. Dinding dan lantai rumah pun penuh dengan bercak darah, menjadi saksi bisu kekejaman yang terjadi.

Menurut keterangan saksi, korban terakhir kali terlihat masuk ke rumahnya pada Kamis malam bersama beberapa orang teman. Namun, kecurigaan muncul ketika korban tak kunjung keluar pada keesokan harinya. Ketua RT setempat bersama warga lantas memeriksa rumah korban, dan mendapati DN sudah tak bernyawa.

Hasil olah tempat kejadian perkara (TKP) menunjukkan adanya tanda-tanda penganiayaan berat. Dari hasil pemeriksaan para saksi, terungkap bahwa sebelum tewas, korban sempat menggelar pesta miras bersama enam orang temannya. Empat saksi telah diamankan untuk dimintai keterangan. Keterangan inilah yang mengarah pada dua pelaku, MH dan MS, yang melarikan diri pasca kejadian.

Korban sempat berselisih dengan dua temannya. Dugaan awal, korban mengolok-olok hingga membuat pelaku tersinggung dan akhirnya melakukan penganiayaan,” terang Kapolres. 

Setelah identitas pelaku dipastikan, tim Satreskrim langsung memburu keduanya hingga ke Malang. Penangkapan berlangsung cepat dan tanpa perlawanan.

Berdasarkan visum dari RS Bhayangkara Kediri, korban tewas akibat luka serius di kepala akibat benturan benda tumpul. Sementara itu, isu yang beredar tentang hilangnya motor korban ditepis oleh Kapolres. 

"Motor korban masih ada. Motif utamanya masih kami dalami, tapi dugaan kuat dipicu cekcok saat pesta miras," tegasnya.

Kedua pelaku kini dijerat dengan Pasal 351 KUHP ayat 3 tentang penganiayaan yang mengakibatkan kematian. Pihak kepolisian memastikan akan terus mengembangkan kasus ini untuk mengungkap seluruh fakta yang ada, termasuk kemungkinan adanya pelaku lain yang terlibat.

Tragedi ini menjadi pengingat pahit tentang bahaya kekerasan yang dipicu oleh emosi dan alkohol. Warga setempat berharap aparat memberikan hukuman seberat-beratnya kepada para pelaku agar kejadian serupa tidak terulang.

Saturday, August 16, 2025

Meriah dan Penuh Kebersamaan, Warga RT 01 RW 01 Desa Sogo Babat Gelar Tasyakuran HUT ke-80 RI






Lamongan, imparsialnews 16 Agustus 2025 – Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia, warga RT 01 RW 01 Desa Sogo, Kecamatan Babat, Kabupaten Lamongan menggelar acara Tasyakuran Malam Kemerdekaan yang berlangsung hangat dan meriah mulai pukul 19.30 WIB.

Acara ini memiliki makna khusus karena dilaksanakan di kampung halaman sekaligus tempat tinggal Ketua DPC MADAS Lamongan, Nur Insyani, SH. Dalam kesempatan tersebut, beliau turut hadir bersama warga dan memberikan door prize spesial kepada ibu-ibu yang hadir, sebagai bentuk kebersamaan dan rasa syukur atas nikmat kemerdekaan.

> “Saya ingin menjalin kebersamaan yang lebih erat lagi dengan warga, khususnya para ibu. Karena dengan saling memberi, akan tumbuh kasih sayang dan solidaritas antar sesama,” ujar Nur Insyani, SH 



Tak hanya itu, warga juga turut menyumbangkan door prize dari masing-masing rumah yang kemudian dibagikan kembali kepada setiap Kepala Keluarga (KK) secara merata. Kegiatan ini memperlihatkan semangat gotong royong dan saling berbagi yang menjadi ciri khas masyarakat Desa Sogo.





Ratusan warga dari berbagai kalangan — mulai dari bapak-bapak, ibu-ibu, remaja, hingga anak-anak — memadati lokasi acara. Kegiatan dimulai dengan pembukaan dan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, dilanjutkan dengan sambutan dari Ketua RT, pembacaan tahlil dan doa bersama, serta penyerahan hadiah lomba anak-anak yang telah dilaksanakan sebelumnya.

Tak kalah menarik, sesi arisan, lomba emak-emak, dan pembagian door prize semakin menambah semarak suasana malam itu. Gelak tawa dan keakraban antarwarga menjadi bukti bahwa semangat kemerdekaan tak hanya soal mengenang perjuangan, tetapi juga mempererat tali silaturahmi dan persaudaraan di tengah masyarakat.




Acara malam tasyakuran ini tidak hanya menjadi simbol rasa syukur atas kemerdekaan, tetapi juga momentum untuk memperkuat rasa persatuan dan cinta tanah air, dimulai dari lingkungan RT.

(Red)

Luka di Hari Pahlawan: Karaoke Vulgar dan Miras Hantui Kembangbahu, Lamongan

   


LAMONGANImparsial News 17 Agustus 2025 - Saat sebagian besar masyarakat Lamongan merayakan HUT RI ke-80 dengan penuh khidmat, sebuah warung remang-remang di Desa Pelang, Kecamatan Kembangbahu, justru menjadi sorotan negatif. Warung milik Cipeng, seorang warga setempat, diduga kuat menjadi tempat beroperasi praktik karaoke vulgar dan peredaran minuman keras (miras) yang meresahkan.

Ancaman Nyata bagi Citra Religius Lamongan

Aktivitas di warung ini dinilai sangat merusak citra Lamongan yang selama ini dikenal sebagai "Kota Santri" dengan nilai-nilai religius yang kental. Seorang warga, yang enggan disebutkan namanya, mengungkapkan kekhawatirannya. 

"Warung tersebut menyediakan karaoke yang tidak pantas, dengan wanita berpakaian vulgar dan pelanggan yang membawa minuman keras dari luar," ujarnya.

Keberadaan tempat hiburan yang menyimpang ini dianggap sebagai ancaman serius. Dampak negatifnya tidak hanya terbatas pada penurunan moral, tetapi juga berpotensi memicu berbagai masalah sosial. Mirisnya, miras dan hiburan yang tidak sehat dapat menjadi pemicu utama kriminalitas, kenakalan remaja, serta perpecahan di masyarakat.

Masyarakat setempat berharap pemerintah dan aparat berwenang segera mengambil tindakan tegas. Tanpa intervensi yang cepat dan terukur, keberadaan warung remang-remang ini dikhawatirkan akan semakin merusak tatanan sosial dan merusak masa depan generasi muda di daerah tersebut. (Red/Team)


"Guyub Rukun Sak Lawase": Spirit Malam Tirakatan di Banyurip Wetan 3 - B

  


SURABAYAImparsial News 17 Agustus 2025 - Di tengah hiruk pikuk perayaan HUT ke-80 Kemerdekaan RI, warga Banyurip Wetan 3 - B, RT 08 RW 06, Kecamatan Sawahan, Surabaya, memilih menyambut malam sakral ini dengan cara yang penuh makna. Pada Sabtu malam (16/8/2025), mereka menggelar malam tirakatan yang kental dengan semangat kebersamaan dan rasa syukur. Acara ini bukan sekadar seremoni, melainkan sebuah tradisi yang dihidupkan kembali untuk mempererat tali silaturahmi.

Memupuk Persatuan Lewat Tirakatan



Bertempat di depan Balai RT 08, acara tirakatan ini dihadiri oleh seluruh warga, mulai dari sesepuh hingga anak muda. Nur Kholig, selaku Ketua RT 08, menyampaikan bahwa inti dari kegiatan ini adalah memupuk kebersamaan dan kekeluargaan.

"Tujuannya adalah agar warga bisa kompak, guyub rukun sak lawase (rukun selamanya)," ungkap Nur Kholig.

Acara dibuka secara resmi oleh pembawa acara, dilanjutkan dengan lantunan lagu kebangsaan "Indonesia Raya" yang menggetarkan hati. Momen khidmat terasa saat pembacaan teks Proklamasi, diikuti dengan renungan kemerdekaan untuk mengenang jasa para pahlawan.

Suasana kebersamaan semakin terasa dengan adanya berbagai kegiatan, seperti permainan ringan dan nyanyian lagu-lagu perjuangan. Puncak acara ditandai dengan pembagian hadiah lomba, pemotongan tumpeng, dan doa bersama yang dipimpin oleh sesepuh warga, Imam Rifai, didampingi Modin Rochman.

Seluruh rangkaian acara ditutup dengan makan bersama, yang tidak hanya menjadi ajang mengisi perut, tetapi juga memperkuat ikatan kekeluargaan antarwarga. Malam tirakatan ini membuktikan bahwa semangat kemerdekaan tak hanya dirayakan dengan pesta, tetapi juga dengan rasa syukur, doa, dan kebersamaan yang tulus.