Kapolsek Kembangbahu, IPTU Sono, S.H., membenarkan hal tersebut. "Kami menjalankan tugas sebagai pengaman karena karnaval di Desa Pelang melewati jalan raya. Alhamdulillah, acara berjalan aman dan kondusif," ujarnya. Pernyataan ini menunjukkan profesionalisme dan komitmen Polsek Kembangbahu dalam melayani masyarakat.
Sunday, August 24, 2025
Karnaval HUT RI ke-80 'Teraman' di Lamongan! Polsek Kembangbahu 'Kepung' Desa Pelang, Bukti Polisi 'Hadiah' Keamanan!
Langkah Kilat Polrestabes | Keributan 'Berbau' Senjata Tajam di Surabaya Batal Pecah, Kombes Luthfi Terobos Barisan Perkelahian!
"Perbedaan jangan sampai menjadi alasan untuk memecah persatuan. Kita semua bersaudara, mari menjaga Surabaya tetap aman dan damai," tegas Kombes Luthfi, memberikan pesan yang menyejukkan.
"Dengan tercapainya mediasi antara kedua kelompok, situasi di kawasan Embong Malang kembali kondusif," pungkas Kombes Luthfi.
Desa Sumurgenuk 'Menggebrak'! Karnaval HUT RI ke-80 Pecah! Pesta Rakyat Berbalut Budaya dan Semangat Patriotisme!
Kepala Desa Sumurgenuk, Supa'at, menyatakan bahwa acara ini adalah wujud rasa syukur atas kemerdekaan. "Ini adalah bentuk ungkapan rasa syukur kita atas kemerdekaan yang telah kita nikmati dan bentuk upaya pelestarian budaya melalui karnaval budaya," ujarnya.
Kepala Sekolah MI Islamiyah, Suwojo, menjelaskan bahwa penampilan tersebut bertujuan untuk membangkitkan semangat nasionalisme dan patriotisme. "Kami tampilkan juga Paskibra dan Drumband, selain sebagai pelestarian budaya, harapannya kita juga bisa membangkitkan rasa nasionalisme dan sikap patriotik seluruh warga di berbagai lapisan masyarakat," ungkapnya.
Acara yang berlangsung meriah ini mendapat sambutan antusias dari seluruh warga. Kades Supa'at berharap karnaval ini bisa menjadi agenda rutin setiap dua tahun sekali. "Kita berharap ini bisa kita laksanakan secara rutin dua tahun sekali seperti yang sudah kita selenggarakan selama ini," tegasnya. Ia menambahkan, kegiatan ini akan dikombinasikan dengan acara lain setiap tahun sebagai wujud cinta tanah air.
Bukan Main-Main! 36 Tim Gerak Jalan di Moropelang Bikin Heboh, HUT RI ke-80 Dirayakan Penuh Kreativitas dan Humor!
Dalam sambutannya, Kepala Desa Moropelang, H. Khoyif Fuad, menyatakan bahwa acara ini diselenggarakan untuk menumbuhkan rasa nasionalisme dan meningkatkan kekompakan warga. "Ini adalah upaya kami dalam menumbuhkan rasa nasionalisme kita di hari kemerdekaan ini. Selain daripada itu juga kita harapkan bisa meningkatkan rasa kebersamaan dan kekompakan kita semua," ujar H. Khoyif.
Ia menambahkan, "Karena gerak jalan ini adalah gerak jalan kreasi, maka harapannya juga bisa menghibur semua warga yang hadir menyaksikan dengan berbagai kreatifitas dan modifikasi dari para peserta".
Antusiasme peserta dan penonton begitu tinggi. Para peserta menampilkan kostum yang unik dan aksi-aksi yang tidak jarang mengundang gelak tawa para penonton. Salah satu warga yang menyaksikan langsung mengungkapkan harapannya agar kegiatan serupa terus diadakan di tahun-tahun mendatang. "Seru, senang juga jika lomba seperti ini terus diadakan di tahun depan dan seterusnya," ungkapnya.
Karnaval HUT RI ke-80 Bikin 'Mata Melotot', Desa Dungus Buktikan Bahwa Kreativitas Rakyat Kecil Jauh Lebih Hebat!
Karnaval HUT RI ke-80 Bikin 'Mata Melotot', Desa Kepadangan Buktikan Bahwa Kreativitas Rakyat Kecil Jauh Lebih Hebat!
Para peserta, yang didominasi oleh ibu-ibu, terlihat bersuka cita sambil membawa spanduk bertuliskan "Happy Indonesia". Ekspresi kebahagiaan terpancar di wajah mereka, memperlihatkan betapa semangat kemerdekaan masih menyala kuat di Desa Kepadangan.
Dahar Sesarengan dan Pentas Seni, Cara Warga Kepuh Selatan Rayakan Kemerdekaan
MALANG, Imparsial News – Semangat kebersamaan tumbuh subur di antara warga RT 18 RW 06 Kepuh Selatan. Dalam bingkai peringatan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia ke-80, kelompok pemuda aktif menggagas sebuah rangkaian acara penuh makna, yakni, "Sebagai wujud rasa syukur, penghormatan pada perjuangan para leluhur, dan tekad menjaga jati diri sosial di tengah derasnya perubahan zaman," ungkap Ketua Kelompok Pemuda Aktif, Asep saat menghadiri rembug warga beberapa minggu lalu.
Kami menghadirkan sebuah kegiatan PHBN (Peringatan Hari Besar Nasional) di lingkungan RT 18 ini yang mengajak masyarakat kembali merasakan teduhnya interaksi sosial yang berakar pada budaya bangsa kita, "Dengan mengadakan Gebyar Kenangan Lawas, dalam bentuk pentas seni, dahar sesarengan, dengan dresscode baju adat Jawa, yang akan menuangkan kesan tempo Doeloe selaras dengan atmosfir kegiatan yang ingin kami laksanakan," terangnya.
Lebih lanjut dalam rangkaian kegiatan yang digelar di depan Pos RT 18. Tepatnya di jantung lingkungan RT 18, dengan dekorasi penuh warna: umbul-umbul, obor tradisional, dan senyum warga yang mengembang. Dalam suasana sederhana namun hangat, warga berkumpul, bersua, dan merayakan kebersamaan.
Inilah ruang tempat rasa guyub rukun kembali dihidupkan, seolah alam ikut merestui melalui udara dingin lembah Arjuna yang membelai pelan pada Sabtu malam, 23 Agustus 2025.
Pentas Seni dan Suara Kehidupan Malam bersama kearifan lokal, panggung didirikan di jalan menjadi ruang berkumpulnya cerita dan rasa. Alunan musik dangdut tradisional berpadu dengan lirik kekinian, mengalun mendayu, memantulkan nostalgia masa lalu yang bersahaja. Anak-anak nampak ceria, para pemuda melayani tamu undangan guna menghangatkan kelangsungan kegiatan PHBN, dan para orang tua pun merasakan kenangan yang menjadikan tatapan mereka berkaca-kaca.
Di sela-sela gelak tawa dan sorak kemenangan, diumumkanlah para pemenang lomba anak-anak yang digelar sebelumnya. Riuh tepuk tangan, senyum bangga, dan tatapan penuh kasih orang tua menegaskan satu hal: kebahagiaan bukanlah tentang hadiah, melainkan tentang berbagi rasa dan merawat kebersamaan.
Cermin tradisi yang mengagumkan saat door prize di undi, bukan dari sebuah perlombaan, namun dari kehadiran warga dalam acara penuh semangat kekeluargaan itu. Undian dari door prize yang dibagikan para pemuda aktif RT 18 bersama undangan kepada warga tiga hari sebelumnya, sebagai buah tangan yang menggambarkan upaya merangkul dari para pemuda aktif guna melibatkan semua usia dan latar belakang dalam prosesi sakral peringatan HUT ke 80 Republik Indonesia.
Dahar Sesarengan: Menyatukan Rasa, Meneguhkan Karsa. Salah satu momen paling indah malam itu adalah "dahar sesarengan", makan bersama dengan menu jajanan dan makanan tempo doeloe yang menggugah kenangan: cenil, lupis, nasi jagung, sayur lodeh, sambal terasi dan lauk ikan asin, mendol, dan dadar jagung yang mutlak menggugah selera makan para hadirin.
Di meja makan panjang berjejer di hias dardar dari daun tebu kering menjadi atmosfir tempo doeloe, warga berjajar menikmati hidangan, bercengkerama, dan berbagi cerita. Di sinilah rasa dan karsa menyatu. Tak ada sekat antara tua dan muda, antara tetangga dekat dan jauh. Semuanya menyadari bahwa keberadaan kita sebagai masyarakat tak bisa dipisahkan dari kekuatan kolektif — kekuatan untuk saling menopang, saling menjaga, dan saling menghidupi.
Guyub Rukun sebagai Perlawanan Sunyi di Tengah Arus Zaman. Di tengah derasnya arus informasi tanpa batas, saat kehidupan sosial perlahan tergerus oleh kompetisi individualistik dan gaya hidup yang menuntut kecepatan, acara sederhana di RT 18 ini menghadirkan pesan yang kuat: bahwa kebersamaan adalah penyangga terakhir kita sebagai manusia.
Nilai guyub rukun, gotong royong, dan saling peduli adalah jembatan yang menjaga masyarakat agar tetap kokoh menghadapi pasang surut situasi, tekanan ekonomi, dan pergeseran budaya. Tradisi berkumpul, saling menyapa, dan berbagi rasa adalah perlawanan halus terhadap degradasi sosial yang diam-diam mengikis kehidupan desa dan kota.
Di sini, di bawah langit Kepuh Selatan, kita diingatkan kembali bahwa kemajuan bukan sekadar tentang teknologi dan materi, tetapi juga tentang bagaimana kita menjaga akar-akar kemanusiaan kita. Semakin kencang arus zaman membawa kita pada keterasingan, semakin penting kita berpegangan pada nilai kebersamaan yang diwariskan leluhur.
Merangkai Kenangan, Menjaga Warisan.
Tampilan tradisional dan tutur kata penuh sopan santun memperindah malam itu. Para tetua desa, pemuda, dan anak-anak, semua hadir dalam satu lingkar rasa.
Walaupun lokasi acara hanya di jalan kampung, suasana yang dihadirkan para pemuda aktif mampu menyalakan kembali api kearifan lokal yang selama ini dijaga.
Dari suasana malam yang diterangi obor tradisional, suara musik, aroma jajanan tempo doeloe, hingga tawa anak-anak yang berlarian, tercipta satu pesan sederhana namun mendalam:
“Merayakan kemerdekaan bukan sekadar mengenang perjuangan, tetapi meneguhkan kembali janji kebersamaan, menjaga nilai, dan merawat rasa kemanusiaan.” Ungkap Adhim, sapaan akrab ketua RT 18, saat memberikan sambutannya
"Inilah wajah RT 18 RW 06 Kepuh Selatan — bukan sekadar tempat tinggal, melainkan rumah besar di mana persaudaraan, gotong royong, dan budi pekerti luhur tumbuh subur mengiringi kehidupan masyarakatnya," pungkasnya.
Penulis: Ttk - Editor: Bwrd